- Back to Home »
- Pengolahan Bahan Pustaka »
- Pengolahan Bahan Pustaka
Posted by : Putra Thb
Selasa, 04 Februari 2014
Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu inti dari tugas
perpustakaan. Bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan wajib diolah
dengan baik agar proses temu kembali informasi nantinya berjalan lancar
dan mewujudkan tertib administrasi. Dalam pelaksanaannya, proses
pengolahan bahan pustaka ini dapat berbeda-beda urutan kegiatan atau
alur prosesnya antara perpustakaan satu dengan yang lainnya. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan budaya kerja, sumber daya
manusia, dan sarana prasarana dalam proses pengolahan. Namun demikian,
ada empat kegiatan pokok dalam pengolahan bahan pustaka yaitu: (1)
inventarisasi, (2) klasifikasi, (3) katalogisasi, (4) dan shelving.
1.Inventarisasi
Kegiatan inventarisasi merupakan tindak lanjut setelah diterimanya
koleksi, Jadi, sesunggguhnya kegiatan inventarisasi berkaitan langsung
dengan pengadaan. Inventarisasi dalam bidang perpustakaan merupakan
suatu kegiatan untuk mencatat pustaka yang menjadi milik perpustakaan
sekolah.
Berikut ini ada beberapa hal yang dilakukan dengan menginventarisir koleksi perpustakaan :
- Setiap bahan pustakan yang baru diterima harus diberi cap perpustakaan pada halaman judul dan halaman tertentu yang sudah disepakati
- Setiap bahan pustaka yang didaftarkan dalam buku induk. Buku ini memuat kolom yang berisi tentang :
*. Nomor urut buku masuk
*. Tanggal masuk ke buku induk
*. Nomor induk
*. Pengarang
*. Judul
*. Edisi dan tahun
*. Penerbit
*. Sumber (Beli, Hibah, tukar menukar)
*. Harga (Jika dibeli)
*. Keterangan Lain
- Untuk Bahan bukan buku seperti majalah, kaset, dvd, dapat disediakan buku induk tersendiri atau minimal dalam bentuk daftar bahan bukan buku
- Pemberian cap/stempel cap perpustakaan sebagai tanda kepemilikan tetap dilakukan.
2.Klasifikasi
Salah satu tujuan utama semua perpustakaan adalah mengusahakan agar
semua pengunjung dapat secara mudah dan langsung memperoleh bahan yang
diperlukannya. Salah satu diantara alat-alat diciptakan orang untuk
maksud tersebut adalah klasifikasi.
Klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis dari pada sejumlah
obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan
tertentu berdasarkan cirri-ciri yang sama. Di dalam klasifikasi bahan
pustaka dipergunakan penggolongan berdasarkan ciri tertentu. Misalnya
oleh karena bentuk fisik yang berbeda, maka penempatan buku perpustakaan
dipisahkankan dari surat kabar, majalah, piringan hitam, microfilm dan
slides. Ada pula penggolongan berdasarkan penggunaan bahan pustaka,
seperti koleksi referens dipisahkan dari koleksi buku lain, koleksi buku
kanak-kanak atau buku bacaan ringan. Akan tetapi yang menjadi dasar
utama penggolongan koleksi perpustakaan yang paling banyak dipakai
adalah penggolongan isi atau subyek buku. Ini berarti bahwa buku-buku
yang membahas subyek yang sama akan dikelompokkan bersama-sama.
Ada beberapa macam sistem klasifikasi yang digunakan oleh perpustakaan di dunia, seperti : Deway
Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC),
Library of Congress Classification (LCC), Colon Classification (CC), dan lain-lain. Sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan di beberapa Negara di dunia termasuk negara Indonesia adalah Deway Decimal Classification (DDC).
Sekilas Mengenai Deway Decimal Classification (DDC)
Bagan klasifikasi DDC ini merupakan bagan klasifikasi yang paling
popular dan paling banyak digunakan di Indonesia. Bagan ini diciptakan
oleh Melvil Deway (1851-1931). DDC merupakan bagan klasifikasi sistem
hirarki yang menganut prinsip “decimal” dalam membagi cabang ilmu
pengetahuan. DDC membagi semua ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas utama (Main Classes)
yang diberi notasi berupa angka arab 000-900. Setiap kelas utama dibagi
secara decimal menjadi 10 sub kelas (devision). Kemidan sub kelas
dibagi lagi secara decimal menjadi 10 seksi (section), dan seterusnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut ini :
Kelas Utama :
000 – Karya Umum
100 – Filsafat dan Psikologi
200 – Agama
300 - Ilmu-Ilmu Sosial
400 – Bahasa
500 – Ilmu-Ilmu Murni
600 – Teknologi dan Ilmu Terapan
700 – Kesenian, Hiburan dan Olahraga
800 – Kesusastraan
900 – Geografi dan Sejarah
Divisi
300 - Ilmu-Ilmu Sosial
310 – Statistik Umum
320 – Ilmu Politik dan Pemerintahan
330 – Ilmu Ekonomi
340 – Ilmu Hukum
350 – Administrasi Negara dan Ilmu Kemiliteran
360 - Permasalahan dan Kesejahteraan Sosial
370 – Pendidikan
380 – Perdagangan, Komunikasi dan Transportasi
390 – Adat IStiadat, etiket, cerita rakyat
Seksi
370 - Pendidikan
371 - Manajemen Sekolah : Pendidikan Khusus
372 – Pendidikan Dasar
373 – Pendidikan Lanjutan
374 – Pendidikan Orang Dewasa
375 – Kurikulum
376 – Pendidikan Kaum Wanita
377 – Sekolah dan Agama
378 – Pendidikan TInggi
379 – Pendidikan dan Negara
Bagi anda yang memiliki komputer dan ingin mempermudah pekerjaan dalam mengklasifikasi,di sini saya kasih link download e-DDC (elektronik DDC) Edisi 23 terbaru [ Link DDC Edisi 23 ]
3.Katalogisasi
Katalogisasi adalah proses pembuatan daftar pustaka (buku, majalah,
CD, film mikro dan sebagainya) milik suatu perpustakaan. Daftar ini
berfungsi untuk mencatat koleksi yang dimiliki, membantu proses temu
kembali, dan mengembangkan standar-standar bibliografi internasional
(Lasa Hs, 2007:129). Bentuk daftar pustaka ini bermacam-macam, seperti
katalog cetakan, katalog berkas, katalog kartu, maupun katalog
elektronik yang lazim disebut sebagai OPAC (Online Public Acces Catalog). Masing-masing bentuk katalog ini memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan untuk efisiensi
efektivitas proses temu kembali, sebaiknya bentuk katalog pada
perpustakaan sekolah menggunakan katalog elektronik (OPAC). Perangkat
lunak untuk katalogisasi dalam bentuk elektronik bermacam-macam dan tiap
perangkat lunak memiliki kelebihan dan kekurangannya. Sesuai dengan
kemampuan perpustakaan sekolah pada umumnya, disarankan menggunakan
perangkat lunak WINISIS yang dikembangkan oleh UNESCO atau perangkat
lunak SLiMS yang dikembangkan oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Kelebihan kedua perangkat lunak
tersebut antara lain adalah tersedia secara gratis di internet dan tidak
membutuhkan spesifikasi komputer yang berat/canggih. Selain itu, kedua
perangkat lunak tersebut terbukti reliabel telah digunakan oleh banyak
perpustakaan-perpustakaan di Indonesia.
4.Shelving
Shelving adalah kegiatan penjajaran koleksi ke dalam rak/tempat
koleksi berdasarkan sistem tertentu. Kegiatan ini merupakan langkah
terakhir dari proses pengolahan bahan pustaka. Tujuannya agar koleksi
dapat ditemukan dengan mudah dan dapat dikenali oleh pengguna atau
pustakawan.
Sistem penjajaran koleksi ke dalam rak ada dua macam:
(1) Berdasarkan jenis, yaitu disusun berdasarkan jenis koleksi dalam bidang apapun dijadikan satu susunan. Sistem ini cocok untuk penjajaran koleksi referensi.
(2) Berdasarkan sandi pustaka atau call number, yaitu disusun berdasarkan urutan nomor kelas sesuai dengan tata susunan koleksi. Sistem ini cocok untuk penjajaran koleksi buku teks.
(1) Berdasarkan jenis, yaitu disusun berdasarkan jenis koleksi dalam bidang apapun dijadikan satu susunan. Sistem ini cocok untuk penjajaran koleksi referensi.
(2) Berdasarkan sandi pustaka atau call number, yaitu disusun berdasarkan urutan nomor kelas sesuai dengan tata susunan koleksi. Sistem ini cocok untuk penjajaran koleksi buku teks.
Dalam penjajaran buku ini perlu diperhatikan hal-hal berikut: (1) rak
tidak diisi penuh untuk memudahkan penambahan dan pergeseran, (2)
digunakan standar buku, (3) buku tidak disusun berlapis atau ditumpuk,
(4) rak hendaknya mudah dipindahkan, (5) dan desain rak hendaknya
disesuaikan agar sirkulasi udara baik (Lasa Hs, 2007:156).